Loading...
world-news

Mekanisme kerja otot - Sistem Rangka & Otot Materi Biologi Kelas 11


Tubuh manusia mampu melakukan berbagai macam gerakan mulai dari aktivitas sederhana seperti berjalan, mengedipkan mata, hingga aktivitas kompleks seperti berenang atau memainkan alat musik. Semua itu dapat terjadi berkat peran otot, jaringan aktif yang dapat berkontraksi dan relaksasi. Mekanisme kerja otot bukan hanya sekadar “menegang dan mengendur”, tetapi melibatkan proses biologis yang rumit di tingkat sel, molekul, hingga sistem organ.

Artikel ini akan membahas secara komprehensif mekanisme kerja otot: mulai dari struktur dasar otot, proses kontraksi dan relaksasi, keterlibatan sistem saraf, peran energi dalam kerja otot, hingga adaptasi otot terhadap latihan.


Struktur Dasar Otot

Sebelum memahami cara kerja otot, kita perlu mengenal struktur dasarnya.

  1. Jenis-jenis otot

    • Otot rangka (skeletal muscle) → melekat pada tulang, bekerja secara sadar, berperan dalam pergerakan tubuh.

    • Otot polos (smooth muscle) → terdapat di organ dalam (usus, pembuluh darah), bekerja di luar kesadaran.

    • Otot jantung (cardiac muscle) → terdapat di jantung, bekerja otomatis dan berirama.

    Artikel ini akan lebih menekankan pada otot rangka, karena berhubungan langsung dengan gerakan tubuh.

  2. Struktur mikroskopis otot rangka

    • Serabut otot (muscle fiber) adalah sel otot berbentuk silindris panjang.

    • Di dalamnya terdapat miofibril, yang berisi unit fungsional otot: sarkomer.

    • Sarkomer tersusun atas dua filamen utama:

      • Aktin (filamen tipis)

      • Miosin (filamen tebal)

    Kedua filamen inilah yang bertanggung jawab terhadap kontraksi.


Mekanisme Kontraksi Otot

Kontraksi otot dijelaskan melalui Sliding Filament Theory (teori geser filamen).

  1. Tahap inisiasi kontraksi

    • Impuls saraf motorik dikirim dari sistem saraf ke otot melalui neuron motorik.

    • Pada ujung sinapsis neuromuskular, dilepaskan neurotransmiter asetilkolin (ACh).

    • ACh merangsang membran sel otot (sarkolema) sehingga terbentuk potensial aksi.

  2. Pelepasan ion kalsium (Ca²⁺)

    • Potensial aksi menjalar ke dalam melalui t-tubulus.

    • Hal ini memicu retikulum sarkoplasma (RS) melepaskan ion kalsium ke sitoplasma otot.

  3. Interaksi aktin dan miosin

    • Ion kalsium menempel pada protein troponin, sehingga menggeser tropomiosin yang biasanya menutupi tempat pengikatan aktin.

    • Kepala miosin dapat menempel pada aktin membentuk cross-bridge.

  4. Power stroke (tarikan silang)

    • Dengan bantuan energi dari ATP, kepala miosin menekuk dan menarik filamen aktin ke arah tengah sarkomer.

    • Hal ini menyebabkan sarkomer memendek → otot berkontraksi.

  5. Pelepasan dan pengulangan siklus

    • Molekul ATP baru menempel ke kepala miosin, menyebabkan ikatan dengan aktin terlepas.

    • ATP dipecah (hidrolisis) → energi digunakan untuk “mengisi ulang” kepala miosin agar siap melakukan tarikan berikutnya.

    • Proses ini berlangsung ribuan kali per detik selama ada suplai ATP dan ion kalsium.


Mekanisme Relaksasi Otot

Kontraksi tidak berlangsung terus-menerus. Otot harus dapat kembali rileks.

  1. Penghentian impuls saraf

    • Saat sistem saraf berhenti mengirimkan sinyal, pelepasan asetilkolin di sinapsis neuromuskular berhenti.

    • Enzim asetilkolinesterase segera memecah ACh yang tersisa.

  2. Kalsium kembali disimpan

    • Retikulum sarkoplasma menyerap kembali ion Ca²⁺ dengan pompa khusus yang membutuhkan energi.

    • Tanpa kalsium, troponin dan tropomiosin kembali menutupi situs pengikatan aktin.

  3. Otot kembali rileks

    • Filamen aktin tidak lagi ditarik oleh miosin.

    • Sarkomer memanjang kembali ke posisi semula, menyebabkan otot berelaksasi.


Peran Energi dalam Kerja Otot

Kontraksi otot sangat bergantung pada energi. Sumber utama energi adalah ATP (Adenosin Trifosfat).

  1. Sumber ATP pada otot

    • ATP langsung → tersedia dalam jumlah sedikit, hanya cukup untuk kontraksi 2–3 detik.

    • Fosfokreatin (PCr) → menyumbang energi cepat (±10 detik).

    • Glikolisis anaerob → memecah glukosa tanpa oksigen, menghasilkan energi cepat tapi terbatas (menyebabkan asam laktat).

    • Respirasi aerob → menghasilkan ATP dalam jumlah besar menggunakan oksigen, cocok untuk aktivitas jangka panjang.

  2. Kelelahan otot
    Terjadi bila:

    • Cadangan ATP habis.

    • Penumpukan asam laktat mengganggu kerja enzim.

    • Kekurangan oksigen.

  3. Pemulihan otot
    Setelah aktivitas, tubuh memerlukan oxygen debt (hutang oksigen) untuk memulihkan cadangan energi, membersihkan asam laktat, dan mengembalikan otot ke kondisi normal.


Hubungan Otot dengan Sistem Saraf

Otot bekerja dalam koordinasi dengan sistem saraf. Tanpa sinyal saraf, otot tidak akan berkontraksi.

  1. Unit motorik

    • Satu neuron motorik + semua serabut otot yang diinnervasinya disebut unit motorik.

    • Unit motorik kecil (misalnya di otot mata) → gerakan halus.

    • Unit motorik besar (misalnya di paha) → gerakan kuat.

  2. Prinsip all-or-none
    Serabut otot akan berkontraksi penuh atau tidak sama sekali saat mendapat impuls. Namun, kekuatan total otot bisa diatur dengan:

    • Jumlah unit motorik yang aktif (rekrutmen motor unit).

    • Frekuensi impuls (summation dan tetanus).


Jenis Kontraksi Otot

Kontraksi otot tidak hanya satu jenis, tetapi beragam sesuai kebutuhan tubuh.

  1. Isotonik → otot memendek/memanjang sambil menghasilkan gerakan (contoh: mengangkat beban).

    • Konsentrik: otot memendek (bicep curl naik).

    • Eksentrik: otot memanjang (bicep curl turun).

  2. Isometrik → otot menegang tanpa perubahan panjang (contoh: menahan beban di posisi diam).

  3. Isokinetik → kecepatan kontraksi terjaga konstan dengan bantuan alat khusus.


Mekanisme Sinergi Otot dalam Gerakan

Gerakan tubuh jarang dilakukan oleh satu otot saja. Umumnya ada beberapa peran:

  1. Agonis (prime mover) → otot utama yang melakukan gerakan.

  2. Antagonis → otot yang bekerja berlawanan dengan agonis.

  3. Sinergis → otot pembantu agar gerakan lebih halus.

  4. Fiksator → otot yang menstabilkan posisi tubuh saat gerakan berlangsung.

Contoh: pada gerakan menekuk siku

  • Agonis: biseps brachii

  • Antagonis: triseps brachii

  • Sinergis: brachialis

  • Fiksator: otot bahu


Adaptasi Otot terhadap Latihan

Kerja otot dapat berubah tergantung kebiasaan dan latihan.

  1. Latihan kekuatan (strength training)

    • Meningkatkan ukuran serabut otot (hipertrofi).

    • Meningkatkan jumlah protein kontraktil (aktin & miosin).

  2. Latihan ketahanan (endurance training)

    • Meningkatkan jumlah mitokondria.

    • Meningkatkan kapilarisasi otot → suplai oksigen lebih baik.

  3. Tanpa latihan (atrofi)

    • Otot melemah dan mengecil karena jarang digunakan.


Gangguan pada Mekanisme Kerja Otot

Beberapa kondisi medis dapat memengaruhi kerja otot:

  1. Kram otot → kontraksi mendadak akibat gangguan elektrolit atau kelelahan.

  2. Miastenia gravis → penyakit autoimun yang menyerang reseptor asetilkolin.

  3. Distrofi otot → kelainan genetik yang menyebabkan kerusakan progresif pada otot.

  4. Paralisis → kelumpuhan akibat kerusakan saraf motorik.


Mekanisme kerja otot adalah hasil koordinasi yang sangat kompleks antara sistem saraf, struktur mikroskopis otot, dan sistem energi tubuh. Kontraksi otot terjadi melalui interaksi filamen aktin dan miosin yang digerakkan oleh ATP dan diatur oleh ion kalsium. Relaksasi terjadi saat kalsium kembali disimpan dan impuls saraf berhenti.

Selain itu, kerja otot melibatkan berbagai jenis kontraksi, pengaturan oleh unit motorik, serta adaptasi terhadap latihan. Gangguan pada salah satu komponen mekanisme ini dapat menimbulkan kelainan atau penyakit pada otot.

Dengan memahami mekanisme kerja otot, kita dapat lebih menghargai betapa canggihnya tubuh manusia serta pentingnya menjaga kesehatan otot melalui olahraga, nutrisi, dan gaya hidup seimbang.